Senin, 14 Januari 2008

bila rembulan boikot


rembulan terpekik lirih
ia terkejut, tampak biasnya di tengah kolam
di permukaan wajahnya menetes air demi air mata Drupadi
melolong, bersuara seribu sabda lara

dupa-cupu kecil membubungkan asap
dimainkan siulan-siulan angin
berteriak sulih gema jerit drupadi
telah dilukai rembulan berasa

drupadi seorang perempuan, seperti dirinya
pilihannya hanyalah sejumput ikrar astuti
adalah kesetiaan yang tanpa ajrih
seperti dirinya menyetiai malam

tapi lantas drupadi dinodai…
kupu-kupu telah pergi dari gelung rambutnya
karena ia tak lagi bersanggul
telah tanggal perhiasan tusuk konde
hingga menggerainya rambut sebatas pinggang

burisrawa telah mencabiknya tadi siang
tiada yang menemaninya, selain hening
dan rontanya sendiri
maka ufuk barat telah turun di atas kehormatannya
gelap yang tiada sisa benderang

di tepi kolam itu drupadi terisak
kesedihan telah beringsut melewati batasnya
yang ia dapat tahankan
hanya dengan tangis itu ia berusaha tegar
menyendiri, ia sampaikan tiada rela

kini muka rembulan berbalut sungkawa
getir dan pucat, di antara kelebat bayangan
kelam malam yang ia tunggui

ia ingin menuntut bela

maka derak ranting pohon berubah gelisah
separau kicau burung hantu kemudian
jangkrik kian nyaring berbunyi hymne
memohon sang rembulan kembali kepada malam

malam kian tenggelam kini
tanpa rembulan, siapa yang akan menerangi kegelapannya
menjejeri kerlip bintang yang sayup sampai

rembulan telah niat berputus dengannya
akan tetap di tempat jauh kini
hingga tiada lagi drupadi yang meratap kehormatan sebagai perempuan

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sip sip I love you